Mbah Siti Rubai’ah dan Sejarah Desa Tluwuk

  • Sep 16, 2021
  • tluwuk-wedarijaksa

Mbah Siti Rubai’ah dan Sejarah Desa Tluwuk

Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan budaya. Setiap desa memiliki sejarah, potensi, dan keunikan masing-masing. begitupun dengan Desa Tluwuk juga memiliki sejarah tersendiri yang sangat khas dan popular di kalangan masyarakat desa. Untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah tersebut kami tim KKN mewawancarai juru kunci punden atau tempat pemakaman leluhur desa Tluwuk, yaitu mbah Parjo. Dari hasil wawancara yang kami dapat dari Mbah Parjo juru kunci makam, mbah Siti Rubai’ah, dulunya adalah warga asli Sarang Rembang, Jawa Tengah. Saat jaman penjajahan Belanda, daerah Sarang di Serang oleh Belanda, penyebabnya adalah masyarakat disana mayoritas memeluk agama Islam. Mbah Siti Rubai’ah termasuk salah satu penduduk yang terserang. Selanjutnya beliau beserta keluarganya pergi untuk melarikan diri. Mbah Siti Rubai’ah melarikan diri ke suatu daerah, daerah tersebut dulunya masih berupa hutan yang banyak dihuni oleh bangsa Jin. Bangsa jin tersebut memiliki sebuah raja jin berwujud ular hijau disebut ular luwuk. Jumlah ular tersebut ada tiga, memiliki ukuran sebesar glugu kelapa, dan berwarna hijau. Jin tersebut dapat mengganggu bangsa manusia. Disinilah Mbah Siti Rubai’ah berperang secara “Kanuragan” dengan ular tersebut untuk mengusirnya dan membuat perjanjian agar tidak mengganggu bangsa manusia lagi. Daerah yang di singgahi Mbah Siti Rubai’ah kala itu belum memiliki nama, karena perjuangan beliau mengusir jin ular luwuk, beliau kemudian memberikan nama daerah tersebut dengan naman “Tluwuk”, berasal dari kata “Tlu” yang berarti tiga, dan  “Wuk” yang berasal dari nama ular Luwuk. [caption id="attachment_423" align="alignleft" width="252"]Foto tim KKN bersama mbah Parjo Foto tim KKN bersama mbah Parjo[/caption] Selain itu Mbah Siti Rubai’ah memiliki peran yang sangat penting, yaitu menyebarkan agama Islam pertama kali di daerah tersebut. Oleh karena itu masyarakat desa menjadikan mbah Siti Rubai’ah sebagai sesepuh yang dikeramatkan di punden desa.